Memasuki bulan kedua masa belajar mengajar tahun ajaran baru, buku
panduan belajar untuk pegangan guru dan siswa tak kunjung diterima.
Kondisi ini dikeluhkan siswa karena menyebabkan mereka kesulitan
mengerjakan tugas pelajaran di rumah.
Agar materi pelajaran tetap tersampaikan kepada anak-anak didiknya, dalam tayangan Liputan 6 Siang SCTV,
Rabu (3/9/2014), sejumlah guru di SD Negeri 1, Kecamatan Sragen Kota,
berusaha mencari alternatif dengan cara menghimpun bahan pelajaran dari
hasil diklat rapat dan penataran. Para guru juga mencari data tambahan
dari internet.
Kesulitan belajar gara-gara terlambatnya buku panduan belajar juga
dialami siswa SMA Negeri 1 Tasikmalaya. Untuk menyikapi hal ini, para
guru menggunakan buku dari luar agar tidak ketingalan mata pelajaran.
Sedangkan siswa harus mencari buku pendamping sendiri di toko yang
harganya relatif mahal.
Kini buku sudah sampai kepada siswa, namun datangnya dianggap sangat terlambat.
Tercatat
ada 16 mata pelajaran untuk kelas XII, dimana mereka harus membeli buku
di luar dengan kisaran harga Rp 50.000 - Rp 111.000 per buku. Bagi
sebagian siswa kondisi ini dianggap memberatkan.
Kondisi ini
juga menempatkan siswa di posisi dilematis. Satu sisi enggan ketinggalan
mata pelajaran, di sisi lain mereka terbebani karena harus membeli buku
di luar sekolah.
sumber : liputan6.com