Provinsi Banten yang letaknya tak jauh dari Ibukota seharusnya memiliki
fasilitas pendidikan yang memadai. Namun, hal itu tak berlaku bagi siswa
Sekolah Dasar (SD) 01 Mekar Sari, Kampung Gendir, Kecamatan Panimbang,
Kabupaten Pandeglang, yang beratap bocor dan bersekat bambu.
Murid
di sekolah ini juga harus rela membagi ruangan dan bangkunya kepada
murid lainnya. Sekolah ini sekarang hanya memiliki 3 ruangan kelas yang
digunakan untuk siswa kelas I hingga VI.
"Bahkan kami harus rela
membagi sekat ruang guru dengan siswa kelas IV, karena keterbatasan
ruangan," kata Mustofa, Kepala Sekolah SDN Mekarsari 01 Mekar Sari,
Selasa (9/9/2014).
Gedung sekolah yang dibangun tahun 1968 ini
berdiri atas permintaan masyarakat agar anak-anaknya tak menempuh
perjalanan sejauh 4 kilometer jika ingin mengenyam pendidikan. Selain
jauh, jalanan pun sulit dilalui ketika hujan turun.
"Kalau musim hujan jalan masuk ke kampung ini tidak bisa dilalui kendaraan," lanjutnya.
Jika
dilihat kondisi bangunannya, ruangan yang ada sulit untuk bisa disebut
sebagai tempat belajar. Sekolah yang memiliki 120 murid ini dindingnya
telah retak di mana-mana, bahkan sekat ruangannya pun terbuat dari bilik
bambu.
Atap bangunan tak lagi utuh dan tiang penyangga dari kayu pun telah rapuh dimakan rayap.
Sementara lantainya sudah tak berubin lagi. Kondisi seperti ini akan
semakin parah saat musim hujan, karena banyak air yang masuk, baik dari
atap maupun dari lantai, sehingga mengakibatkan ruangan menjadi becek
dan licin.
Pihak sekolah memang terpaksa membuat sekat agar 1
ruangan bisa digunakan untuk 2 kelas saat belajar mengajar. Kondisi ini
membuat para murid tak bisa belajar dengan tenang. Mereka harus
berdesakan duduk di bangku karena tempat yang sempit. Jumlah bangku yang
tak mencukupi memaksa para murid harus rela duduk bergantian.
Bahkan
mereka mengeluh karena sulit berkonsentrasi untuk menerima pelajaran
karena dalam 1 ruangan itu harus berbagi suara dengan kelas lainya yang
hanya dipisahkan sekat bambu.
Sementara para guru juga tidak
bisa berkonsentrasi memberikan pelajaran secara penuh. Tak jarang kalau
musim hujan tiba, proses belajar mengajar pindah ke rumah warga.
Sedangkan
menurut Asrofi, salah satu guru senior dan wali kelas IV menjelaskan,
dulu sekolah ini memiliki 5 ruangan kelas, namun banyak yang hancur
karena gempa bumi di Ujung Kulon tahun 1999.
"Sejak gempa itu
sempat dapat bantuan pembangunan 3 ruang kelas, tapi sampai sekarang
belum pernah ada lagi. Padahal kondisinya sudah tidak layak," kata
Asrofi.
Pihak sekolah pun sudah berkali-kali mengajuka proposal bantuan perbaikan, tetapi hal tersebut hingga kini tak ada kabarnya.
"Setiap
tahun kita diminta ajukan proposal bantuan sama foto kondisi bangunan
ke dinas, tapi alhamdulliah cuma janji saja. Padahal Pak Camat sama
orang Unit Pelaksana Tekhnis Daerah (UPTD) juga pernah ke sini beberapa
kali," ujarnya.
Sebagai seorang guru, ia hanya berharap agar
muridnya diberikan sarana dan prasarana yang memadai, bukan dengan
ruangan kelas yang bocor dan rusak parah.
"Pemerintah ingin mutu pendidikan di Banten naik, tapi gimana bisa baik
kalau kondisi sekolah tempat kami belajar seperti ini," pungkas Asrofi.
sumber : liputan6.com